01 Jan 2000
Home  »    »   Metode Skrining Fitokimia Pdf Reader

Metode Skrining Fitokimia Pdf Reader

Posted in HomeBy adminOn 26/12/17

Congress Gandhi Have Done Untouchables Pdf. 1/5/2017 0 Comments What Congress and Gandhi Have Done.

Dari hasil penelitian sebelumnya telah dipublikasikan senyawa saponin yang pertamadari daun andong. Jenis saponin yang dikandungnya adalah saponin steroid yang merupakan senyawa mayor ditinjau dari kestabilan busa yang terbentuk (Bogoriani,2001) dan senyawa saponin steroid spirostananol dengan berat 7,5 mg berdasarkan datakromatogram kromatografi cair kinerja tinggi dengan struktur pada atom C25 dan C27 merupakan suatu ikatan rangkap dua (gugus elesometilin) yang mempunyai berat molekul 866 dan golongan senyawa ini mempunyai sifat oksik terhadap Larva Udang (Artenia salina Lich) yang diidentifikasikan berkorelasi positif terhadap senyawa antitumor (Bogoriani, et al., 2007). Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai masa molekul besar, dan kegunaannya luas (Konoshima, et al., 1995; Nakanishi, 1974; Agrawal, 992; Burger, et al., 1998).

Pada penelitian ini akan dilakukan isolasi dan identifikasi saponin steroid yang lain dari daun andong (Bogoriani, 2008). Piperine adalah suatu senyawa alkaloid yang banyak ditemukan pada tanaman diantanya adalah piper ningrum atau black pepper dan piper longum atau long pepper. Piperine adalah trans-trans stereoisomer dari 1-piperoylpiperidine atau disebut juga (E, E)-1-piperoylpiperidine dan (E, E)-1-[5-(1, 3-benzodioxol-5-y1)-1-oxo-2, 4-pentdienyl] piperidine.

Metode Skrining Fitokimia Pdf Reader

Senyawa turunan piperine biasa digunakan sebagai obat antiepilepsirine. Bioaktifitas Piperine telah dilaporkan sebagai anti-inflammatory, antioxidant dan inhibit lipid peroxidation. Senyawa piperine bersifat carcinogenic dan cytotoxic dan dapat mempengaruhi proses reproductive dan memberikan efek negative pada sperma.

Senyawa piperine berpotensi sebagai antimicrobial, antiprotozoal, antihelmintic, antihistaminic, non-steroidal anti-inflammatory, muscle-relaxant dan anticancer (Rustanto, 2007). Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak. Akhirnya flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang mana pun mungkin saja terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida. Karena alasan itu, maka dalam menganalisis Flavonoid biasanya lebih baik bila kita memeriksa aglikon yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis sebelum memperhatikan kerumitan glikosida yang mungkin terdapat dalam ekstrak asal (Harborne, 1967). Pada tahun 1896, Meyer-Lexikon memberikan batasan alkaloid sebagai berikut: “ Alkaloid terjadi secara karakteristik dalam tumbuhan dan sering dikenal karena aktifitas fisiologisnya.

Alkaloid mengandung karbon, hidrogen dan nitrogen, dan pada umumnya mengandung ataom oksigen. Dalam banyak hal, mereka mirip alkali”.

Walaupun banyak alkaloid yang merupakan pengecualian dari definisi tersebut, terutama setelah berkembangnya penelitian tentang alkaloid, definisi tersebut masih dapat digunakan (Sastrohamidjojo, 1996). Menurut Harborne (1987 dalam Abraham 2009:13) fitokimia adalah suatu tehnis analisis kandungan kimia didalam tumbuhan.

Analisis ini bersifat kualitatif sehingga data yang dihasilkan adalah data kualitatif. Oleh karena itu dengan metode fitokimia dapat diketahui secara kualitatif kandungan kimia tumbuh dalam suatu jenis tumbuhan. Secara umum kandungan kimia tumbuhan dapat dikelompokan kedalam golongan senyawa alkaloid, saponin, flavanoid, tannin, polifenol dan kuinon. Senyawa-senyawa tersebut tersebar luas didalam tumbuhan.

Untuk menentukan senyawa-senyawa tersebut dapat digunakan pereaksi-pereaksi khusus dan spesifik, misalnyaa pereaksi dragendorf, meyer, Wegner, asam pikrat dan pereaksi asam tannat untuk alkaloid. Pereaksi liebermenn-burehard untuk terpenoid, FeCl2 untuk mengidentifikasi flavanoid dan larutan gelatin untuk senyawa tannin. Selama dasawarsa terakhir penelitian mengenai kandungan kimia semakin pesat sehingga manfaat ujifitokimia semakin sangat dibutuhkan dan memberi sumbangan yang sangat bermakna (Abraham, 2010).

Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut. Indonesia merupakan salah satu Negara yang paling kaya akan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam dengan beberapa jenis spesies tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber obat-obatan dan insektisida. Sumber daya alam hayati dapat berasal dari flora, fauna dan mikroorganisme. Salah satu sumbangan penting dari kekayaan alam flora Indonesia adalah tersedianya senyawa-senyawa bioaktif.

Metode yang dapat dipergunakan untuk mencari dan menemukan senyawa bioaktif adalah pendekatan fitofarkologi (Phytopharmacologic approaches) dan pendekatan skrining fitokimia (Phytopharmacologic screening approaches)(Linskens, 1963 dalam Abraham 2007:13). Pada uji yang pertama yakni uji tannin dan polifenol. Sudah dikatakan sebelumnya, uji tanin dan polifenol dilakukan pada sample Daun pepaya, Kunyit, dan daun pecah beling. Untuk menguji keberadaan suatu tannin dan polifenol maka terlebih dahulu sampel dihaluskan. Hal ini bertujuan untuk mnghancurkan dinding sel yang sifatnya kaku sehingga senyawa target (metabolic sekunder) yang berada dalam vakuola mudah diambil.

Find My Font Software Crack Download. Kemudian sample diekstraksi dengan aquadest dengan bantuan pemanasan untuk melarutkan tannin/polifenol agar terpisah dari bagian tubuh tumbuhan sampel, kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh dibagi dalam dua tabung. Tabung reaksi pertama ditambahkan larutan FeCl3 menghasilkan warna hitam yang menandakan (+) tannin/polifenol. Untuk daun pepaya yang telah digerus kemudian ditambahkan dengan larutan FeCl3 2-3 tetes. Setelah penambahan larutan tersebut, warna sampel daun pepaya berubah warna menjadi warna hitam.

Hal ini menandakan bahwa dalam dau pepaya terdapat atau + terhadap tanin dan polifenol. Sama halnya dengan sampel Kunyit, Setelah sampel dihaluskan dan di tambahkan dengan larutan FeCl3 maka larutan berubah menjadi warna hitam. Hal ini menandakan bahwa dalam kunyit mengandung tanin dan polifenol. Lain halnya dengan Daun pecah beling, Setelah sampel dihaluskan dan ditambahkan dengan larutan FeCl3 maka larutan berubah warna menjadi warna coklat.

Ini membuktikan bahwa dalam Daun pecah beling tidak terdapat senyawa tanin dan polifenol. Pada uji flavanoid, sampleyang digunakan hanya daun pecah beling. Daun pecah beling dihaluskan dengan tujuan untuk menghancurkan dinding sel yang sifatnya kaku sehingga senyawa targetnya (metabolic sekunder) yang berada dalam vakuola mudah diambil. Sampel diekstraksi dengan methanol kemudian larutan disaring untuk memisahkan filtrate dan residunya. Filtratnya diuapkan sehingga filtratnya menjadi pekat. Setelah diuapkan, filtrate diekstraksi lagi dengan n-heksan agar senyawa-senyawa non polar dibawa ke n-heksan, kemudian disaring untuk memisahkan filtrate dan residunya.

Residu diekstraksi dengan etanol 80% dan ditambahkan Logam Mg dan dibagi kedalam dua tabung, tabung pertama ditambahkan 0,5 ml HCl untuk mendeteksi adanya senyawa flavanoid akan bereaksi dengan Mg,setelah penambahan HCl, maka daun pecah beling berubah warna menjadi warna merah muda. Hal ini menandakan bahwa dalam daun pecah beling terdapat senyawa flavonoid. Pada uji alkaloid ini sample digerus atau dihaluskan tujuannya untuk menghancurkan dinding sel yang sifatnya kaku sehingga senyawa target (metabolit sekunder) yang berada dalam vakuola mudah diambil.

Kemudian sample diekstraksi dengan penambahan kloroform dan diaduk perlahan-lahan. Ekstraksi dengan penambahan kloroform bertujuan untuk memutuskan ikatan antara asam tannin dan alkaloid yang terikat secara ionic dimana atom N dari alkaloid berikatan saling stabil dengan gugus hidroksil genolik dari asam tannin. Dengan terputusnya ikatan ini alkaloid akan bebas, sedangkan asam tannin akan terikat oleh kloroform. Veronica Mars Torrent Fr Saison 11 here.

Sedangkan pengadukan bertujuan untuk memperbanyak kontak yang terjadi antara kloroform dengan bubur target semakin banyak. Hal ini memungkinkan ikatan antara asam tannin dan alkaloid semakin banyak sehingga alkaloid bebas semakin banyak yang terekstraksi. Setelah diekstraksi, larutan ini disaring dan larutannya ditambahkan asam sulfat 2N dan dikocok kuat-kuat. Penambahan asam sulfat 2N ini berfungsi untuk mengikat kembali alkaloid menjadi garam alkaloid agar dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi logam berat yaitu spesifik untuk alkaloid yang menghasilkan kompleks garam anorganik yang tidak larut sehingga terpisah dengan metabolic sekundernya. Penambahan asam sulfat 2N menyakibatkan larutan terbentuk menjadi dua fase karena adanya perbedaan tingkat kepolaran antara fase aqueous yang polar dan kloroform yang relative kurang polar.

Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas, sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan paling bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar. Sedangkan pengocokan dengan kuat bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan secara tepat dan sempurna. Lapisan atas (lapisan atas sulfat) diuji dengan pereaksi meyer dan pereaksi dragendorf. Pada uji dengan peeaksi meyer larutan menghasilkan endapan putih yang menandakan (+) alkaloid. Pereaksi meyer bertujuan untuk mendeteksi alkaloid, dimana pereaksi ini berikatan dengan alkaloid melalui ikatan koordinasi antara atom N alkaloid dan Hg pereaksi meyer sehingga menghasilkan senyawa kompleks merkuri yang nonpolar mengendap berwarna putih. Reaksi pada uji alkaloid ini dengan pereaksi meyer adalah.

Hutan tropis yang kaya dengan berbagai jenis tumbuhan (biodiversity) merupakan sumber daya hayati dan sekaligus sebagai gudang senyawa kimia (chemodiversity) baik berupa senyawa kimia hasil metabolisme primer yang disebut juga sebagai senyawa metabolit primer seperti protein, karbohidrat, lemak yang digunakan sendiri oleh tumbuhan tersebut untuk pertumbuhannya, maupun sebagai sumber senyawa metabolit sekunder seperti terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid dan alkaloid. Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyai kemampuan bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan tersebut dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya. Fitokimia atau kimia tumbuhan mempelajari aneka ragam senyawa organic yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, penyebarannya secara ilmiah serta fungsi biologinya. Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder atau metabolit sekumder telah banyak digunakan sebagai zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan sebagainya serta sangat banyak jenis tumbuh- tumbuhan yang digunakan obat-obatan yang dikenal sebagai obat tradisional sehingga diperlukan penelitian tentang penggunaan tumbuh-tumbuhan berkhasiat dan mengetahui senyawa kimia yang berfungsi sebagai obat. Senyawa-senyawa kimia yang merupakan hasil metabolisme sekunder pada tumbuhan sangat beragam dan dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan senyawa bahan alam yaitu terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid dan alkaloid.

Rumusan Masalah. Pendekatan skrining fitokimia meliputi analisis kualiatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah, biji), terutama kandungan metabolit sekunder yang bioaktif, yaitu alkaloid, antrakinon, flavonoid, glikosida jantung, kumarin, saponin (steroid dan triterpenoid), tannin (polifenolat), minyak atsiri (terpenoid), iridoid, dan sebagainya. Adapun tujuan utama dari pendekatan skrining fitokimia adalah untuk mensurvai tumbuhan untuk mendapatkan kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna untuk pengobatan. Tujuan penambahan Ammonia berfungsi untuk membasakan dan pengendapan alkaloid agar dapat diperoleh alkaloid dalam bentuk garam atapun alkaloid dalam bentuk basa bebas.

Kloroform digunakan dengan tujuan dapat menarik senyawa alkaloid karena alkaloid mempunyai kelarutan yang baik dalam kloroform, alkohol, tetapi tidak larut dalam air meskpun dapat larut dalam air panas. Setelah itu diberikan pereaksi dragendorf dimana jika terbentuk endapan kuning jingga berarti terdapat alkaloid atau pereaksi mayer bila terdapat endapan putih menunjukan adanya alkaloid.

Cara identifikasi: dilakukan dengan menggunakan reagen atau pereaksi Willstater, Smith-Matcalfe dan NaOH 10% karena dapat menghasilkan terjadinya perubahan warna yang menunujukan bahwa ekstrak tersebut positif mengandung senyawa yang termasuk dalam golongan flavonoid. Pada uji willstater akan terjadi perubahan warna dari coklat muda menjadi kuning muda. Pada uji smith-Matcalfe akan terjadi perubahan warna dari Coklat muda menjadi kuning muda dan pada uji dengan pereaksi NaOH 10% akan terjadi perubahan warna dari Coklat muda menjadi kuning muda. Flavonoid yang ditambahkan dengan pereaksi Willstater, Smith-Matcalfe dan NaOH 10% kan berubah warna, hal ini dikarenakan flavonoid termasuk dari senyawa fenol. Bila fenol direaksikan dengan basa akan terbentuk warna yang disebabkan terjadinya sistem konjugasi dari gugus aromati k. Cara i dentifikasi: Untuk memastikan suatu pigmen termasuk kuinon atau bukan, dapat dilakukan dengan reaksi warna. Reaksi yang khas adalah reduksi bolak-balik yang mengubah kuinon menjadi semyawa tanwarna, kemudian warna kembali lagi bila terjadi oksidasi oleh udara.

Reaksi dapat digunakan dengan menggunakan natrium borohidrida dan oksidasi ulang dapat dilakukan dengan mengocok larutan itu diudara. Untuk kebanyakan kuinon, hasil uji reduksi dalam larutan yang agak basa lebih mencolok dan oksidasi ulang di udara lebih cepat. Kuinon menuknjukan geseran batokrom yang kuat dalam basa, tetapi ini bukan ciri khasnya. Selain itu untuk mendeteksi kuinon juga dapat digunakan pereaksi larutan natrium hidroksida 1 N. Bila terbentuk wama merah menunjukkan adanya kuinon. Cara identifikasi: Uji Saponin dilakukan dengan metode Forth yaitu dengan cara memasukkan 2 mL sampel kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 mL akuades lalu dikocok selama 30 detik, diamati perubahan yang terjadi. Apabila terbentuk busa yang mantap (tidak hilang selama 30 detik) maka identifikasi menunjukkan adanya saponin.

Uji penegasan saponin dilakukan dengan menguapkan sampel sampai kering kemudian mencucinya dengan heksana sampai filtrat jernih. Residu yang tertinggal ditambahkan kloroform, diaduk 5 menit, kemudian ditambahkan Na2SO4 anhidrat dan disaring. Filtrat dibagi enjadi menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B ditetesi anhidrat asetat, diaduk perlahan, kemudian ditambah H2SO4 pekat dan diaduk kembali. Cara identifikasi: digunakan pereaksi L-B, H 2SO 4 pekat dan H 2SO 4 50%.

Digunakan pereaksi ini karena dapat menghasilkan terjadinya perubahan warna yang menunujukan bahwa ekstrak tersebut positif mengandung senyawa yang termasuk dalam golongan triterpen. Pada uji triterpen yang menggunakan pereaksi L-B, H 2SO 4 pekat dan H 2SO 4 50%., terjadi perubahan warna, hal ini disebabkan oleh Uji warna Liebermann- Burchard (LB) berguna untuk mengetahui adanya senyawa saponin baik triterpenoid maupun steroid. Uji warna Liebermann- Burchard (LB). Apabila pada campuran timbul kecoklatan atau violet pada perbatasan dua pelarut menunjukkan adanya triterpen, sedangkan munculnya warna hijau kebiruan menunjukkan adanya sterol. Hasil uji warna Liebermann- Burchard (LB) terhadap sampel adalah terjadinya perubahan warna pada sampel yaitu terbentuknya cincin warna coklat muda.

Sedangkan hasil uji warna Liebermann- Burchard (LB) terhadap ekstrak terjadinya perubahan warna pada sampel yaitu terbentuknya cincin warna coklat tua. Cara identifikasi: Untuk pendeteksian steroid dengan metode KLT cukup dengan melarutkannya dengan etanol lalu bercak nodanya disemprot dengan anisaldehid asam sulfat dan dipanaskan. Jika ekstrak positif mengandung steroid, maka akan timbul noda merah uingu atau ungu. Steroid juga dapat didentifikasi dengan uji Salkoswki yaitu memasukkan 0.3 gram ekstrak dalam tabung reaksi yang dilarutakan dalam 15 mL etanol. Tujuannya adalah untuk memisahkan gugus steroid dengan gugus senyawa lain. Digunakan etanol dikarenakan etanol merupaka pelarut yang universal karena dapat memisahkan senyawa dari yang bersifat polar sampai non polar.

Selain itu, etanol dapat memisahkan komponen steroid secara optimal, aman dalam pemakaian, tidak merusak komponen senyawa, tidak berbahaya bagi lingkungan, oekonomis serta mudah didapatkan. Setelah larutan ekstrak homogeny, campuran dibagi menjadi 3 bagian yaitu IIA, IIB dan IIC. Larutan IIA digunakan sebagai blanko, IIC ditambahakan 1-2 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi. Tujuan penambahan ini untuk memutuskan ikatan gula pada senyawa. Jika ikatan gula terlepas maka adanya steroid bebas pada sampel akan ditandai dengan adanya cincin yang berwarna merah. Apabila hal ini tidak muncul maka tidak mengandung steroid bebas.

Pada ekstrak yang didiujikan positif mengandung steroid. Hal ini ditandai adanya cincin berwarna merah. Senyawa polifenol adalah suatu senyawa yang berasal dari tumbuhan, dimana salah satu cirinya adalah mengandung cincin aromatik yang tersubstitusi oleh dua atau lebih gugus fenol. Dua gugus fenol, hidrolisis dan terkondensasi terdiri dari tanin yang merupakan suatu zat yang penting secara ekonomi sebagai agen untuk menghaluskan kulit dan juga penting untuk tujuan kesehatan.

Baru – baru ini ditemukan adanya fakta – fakta yang mendukung nilai potensialnya sebagai sitotoksik dan atau sebagai agen antineoplastic. Cara identifikasi: Hasil ekstrak dari sampel yang ditotolkan pada plat KLT, pada pengujian dengan UV terdapat garis warna merah maka positif terdapat kumarin. Jika sampel uji mengandung kumarin, kumarin akan terpisah dari komponen lainnya secara kromatografi berupa bercak noda. Keberadaan kumarin akan dapat diamati bila pada plat KLT, dimana plat dengan penambahan NaOH dan deteksi menggunakan UV. Kumarin yang bereaksi dengan NaOH akan terlepas gugus laktonnya dan dengan berikatan dengan logam Na, sehingga terbentuk senyawa yang akan berfluorosensi merah-orange bila diamati dengan lampu UV yang penampakan noda ini spesifik untuk keberadaan kumarin pada sampel uji. Untuk uji kumarin ini belum diketahui pereaksi kimia untuk uji identifikasinya.

Namun dapat diuji dengan pengamatan fluorosensinya dengan lampu UV 365 nm. Atau dapat juga diuji dengan KLT dengan adanya standar murni kumarin. BAB III PENUTUP.